Selasa, 29 Desember 2015

Hasil Resume buku

       “Bahasa Indonesia, Pengantar Penulisan Karya Ilmiah”  
Bab IX. Karya Ilmiah
Pengarang: Mukh Doyin dan Wagiran


 A.       Pengertian Karya Ilmiah

       Karangan ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni karangan ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah (karangan ilmiah) dan karangan ilmu pengetahuan yang bersifat non-ilmiah (karangan non-ilmiah) (Jones dalam Brotowidjoyo, 1993:3)

B.       Ciri-ciri Karya Ilmiah

  Secara umum karya ilmiah dibedakan dengan karya non-ilmiah melalui ciri-cirinya. Secara ringkas ciri-ciri karya ilmiah adalah sebagai berikut.
  1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi umum pada situasi spesifik.
  2. Penulisannya cermat, tepat, dan benar, seta tulus. Tidak memuat terkaan.
  3. Tidak mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan sesuatu. Penulis ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
  4. Karangan ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncakan secara sistematis terkendali, secara konseptual dan prosedural.
  5. Karangan ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah menyajiakan sebab-musabab dan alasan yang dikemukakan induktif, mendorong untuk menarik Simpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan ajakan.
  6. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa data pendukung.
  7. Ditulis secara tulus dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan.
  8. Karangan ilmiah tidak bwrsifat argumentasi. Karangan yang ilmiah mungkin mencapai Simpulan tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri.
  9. Karanagan ilmiah tidak bersifat persuasif; yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam kepada problem spesifik. Tujuan karangan ilmiah dapat mendorong pembaca mengubah pensapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi, sanggahan, protes.
  10. Karangan ilmiah tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karangan ilmiah hanya menyajikan kebenaran fakta; oleh sebab itu memutar balikkan fakta akan menghancurkan tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-lebihkan sesuatu itu umumnya didorong oleh motif mementingkan diri sendiri.


C.       Jenis Karya Ilmiah

1.      Karya Ilmiah Akademis

Karya ilmiah akademis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Karya ilmiah yabg ditulis dalam rangka kegiatan akademis dan biasanya ditulis sebagai syarat memperoleh gelar akademis. Misalnya, skripsi.
  2. Karya ilmiah akademis ditulis oleh siswa/mahasiswa di bawah bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional. Misalnya, makalah atau skripsi.
  3. Karya ilmiah akademis biasanya tidak dipublikasikan, hanya didokumentasikan dalam perpustakaan. Jika akan dipublikasikan harus disunting lagi dan disusun berdasarkan format publikasi. Misalnya, artikel ilmiah atau buku.
  4. Karya ilmiah akademis memerlukan proses pengujian oleh orang-orang kaum profesional untuk menentukan kualitas karya akademis, misalnya, sebuah makalah yang disusun oleh mahasiswa akan dinilai oleh pengampu mata kuliah tersebut, skripsi akan diuji dalam sidang skripsi, dan sebagainya.
  5. Karya ilmiah akademis lebih menekankan pada proses daipada hasil. Hal ini menunjukkan bahwa penyusun masih dalam taraf belajar dan membutuhkan bimbingan sampai menghasilkan karya yang bermutu baik. Proses penyusunan karya ilmiah akademis akan dapat memakan waktu lebih lama dan mengalami refisi naskah berulang-ulang. Bahkan skripsi yang telah dipertahankan dalam uji sidang masih perlu disempurnakan kembali sebelum jilid menjadi skripsi jadi.
  6. Karya ilmiah akademis biasanya ditulis oleh perorangan namun ada pula yang disusun oleh tim.
  7. Penulisan karya ilmiah akademis biasanya atas prakarya pengolahan akademis karena karya ilmiah tersebut merupakan salah satu syarat mencapai gelar akademis. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah bersifat wajib.
  8. Contoh karya ilmiah akademis adalah makalah/tugas kuliyah/paper, skripsi, tesis, disertasi.


2.      Karya Ilmiah Profesional

Karya ilmiah profesional ditulis sebagai sarana pengembangan profesi bagi kaum profesioanl. Ciri karya ilmiah profesional adalah sebagai berikut.
  1. Karya ilmiah profesional ditulis sebagai sarana pengembangan profesi
  2. Penulisan karya ilmiah profesional tidak memerlukan pembimbing. Penulis bertanggung jawab penuh atas karya ilmiahnya.
  3. Karya ilmiah profesional tetap memerlukan penilaian untuk menguji tingkat kualitas mutu karya ilmiah. Penilaian karya ilmiah ini dapat berupa penyuntingan ahli dalam sebuah jurnal ilmiah atau evaluator dalam sebuah penelitian.
  4. Karya ilmiah ini pada umumnya diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi akademis.
  5. Penulisan karya ilmiah lebih menekankan hasl daripada proses.
  6. Disusun oleh perorangan atau tim dengan cara mengajukan usulan dan melalui sistem kompetisi untuk mendapatkan pendanaan.
  7. Contoh karya ilmiah profesional adalah laporan penelitian, artikel ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.


  1. Bentuk Karya Ilmiah
Ada beberapa bentuk karya ilmiah, yaitu
a.       Buku
Merupakan karya ilmiah yang paling mudah dijumpai karena beredar secara umum. Buku ilmiah ini biasanya bersifat informatif, berisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dibanding dengan jenis karya ilmiah yang lain isi buku lebih lengkap, lebih luas, dan pembahasan masalahnya lebih terperinci.

b.      Makalah
Adalah karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (Arifin 2000:2). Ada dua pola dalam makalah, yaitu pola deskriptif dan pola argumen (Pranowo 1999:4). Makalah biasanya disiapkan untuk digunakan dalam forum seminar. Makalah dapat diangkat dari hasil peneltian, dapat juga diangkat dari gagasan atau ide.
Isi makalah bergantung kepada kegunan atau maksud makalah tersebut dibuat. Jika makalah dibuat untuk disajikan dalam seminar atau untuk memenuhi tugas kuliah –bagi mahasiswa-maka isinya bersifat argumentasi. Makalah demikian berisi hal-hal yang aktual dan disertai pendapat sifatnya lebih informatif. Dalam makalah seperti ini yang lebih dipentingkan bukan persoalannya, tetapi bagaimana upaya memecahkan persoalan tersebut.

c.       Kertas kerja
Adalah karya ilmiah yang berisi analisis terhadap fakta secara objektif. Analisis yang dilakukan dalam karya kerja lebih dalam dari pada makalah. Biasanya kertas kerja dilakukan sebagai bahan kokarya (Arifin 2000:3). Karena untuk kokarya maka informasi yang ada dalam kertas kerja lebih terperinci dan lebih lengkap dibandingkan dengan makalah.

d.      Artikel
Adalah karya ilmiah yang dikhususkan untuk diterbitkan di jurnal ilmiah. Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulisan artikel penelitian artikel yang diangkat dari hasil penelitian. Perbedaan kedua jenis artikel tersebut terletak pada bagian isi. Jika dalam artikel konseptual antra bagian pendahuluan dan bagian penutup hanya berisi isi artikel –yang bisa terdiri atas beberapa subbab; maka artikel penelitian antara bab pendahuluan dan bagan penutup terdapat bagian landasan teori, metode yang digunakan, dan hasil dan pembahasan.

e.       Tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi
Adalah karya ilmiah yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar akademik. Tugas akhir digunakan sebagai persyaratan memeroleh gelar Ahli Madia, skripsi untuk memeroleh gelar sarjana, tesis untuk memeroleh gelar megister, dan disertasi untuk memeroleh gelar doctor. Tingkat kedalaman keempat jenis karya ilmiah tersebut tentu saja berbeda karena gelar yang ingin dicapai pun tingkatnya berbeda. Penulisan jenis karya ilmiah ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui penelitian lapangan dan melalui penelitian pustaka. Penelitian lapangan berarti masyarakat, sedangkan penelitian pustaka berarti penelitian yang dilakukan pada buku-buku atau bacaan-bacaan lainnya.

f.       Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang menyajikan data dan analisis dari suatu penelitian. Dalam penelitian selain disajikan analisis data yang dapat dibuktikan kebenarannya juga disajikan teori-teori yang melandasi penelitian tersebut.

  1. Kerangka Umum Karya Ilmiah
Pola dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakan (Rifai 1998:61-62). Dalam bahasa yang sederhana ketiga bagian tersebut dapat juga disebut dengan istilah bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Isi untuk masing-masing bagian berbeda-beda antar jenis karya ilmiah yang satu dengan yang lain. Antara buku dan makalah, misalnya, isi pengenalannya lebih banyak buku. Demikian juga dengan jenis karya ilmiah yang lain. Berikut diuraikan ketiga bagian tersebut secara terperinci.


Pengenalan

Bagian pengenalan barisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Ada dua jenis bagian pengenalan, yaitu yang bersifat umum-ada pada semua jenis karya ilmiah-dan yang bersifat khususnya dimiliki jenis karya ilmiah tertentu. Secara lebih lengkap bagian pengalaman untuk masing-masing bentuk karangan dapat dilihat pada uraian beriku.

Buku                                         Judul
Nama Penulis
Nama penerbit dan tahun terbit
Identitas buku
Kata pengantar
Daftar isi

Makalah                                    Judul
Nama penulis

Artikel                                       Judul
Nama penulis
Abstrak
Kata kunci

Kertas kerja                               Judul
Nama penulis

Skripsi, Tesis, Disertasi              Judul
Nama penulis
Nama perguruan tinggi
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Halaman motto dan persembahan
Abstrak
Kata pengantar
Daftar isi

Laporan Penelitian                     Judul
Nama penulis
Nama lembaga
Lembaga pengesahan
Abstrak
Daftar tabel dan lampiran
Kata pengantar
Daftar isi

Beberapa istilah yang belum disebut dalam bagian pengenalan yang perlu dijelaskan disini adalah judul, nama penulis (bagian kepemilikan), abstrak, dan kata kunci.

a.       Judul adalah identitas tulisan yang utama. Syarat judul karya ilmiah yang baik dibicarakan pada langkah-langkah penulisan karya ilmiah. Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan nama beserta nama lembaganya. Dalam penulisan hendaknya ditinggalkan pangkat, kedudukan, dan gelar akdemik. Jika karangan ditulis oleh dari satu orang dan disertai dkk. atau et al. Pangkat, kedudukan, dan gelar dapat dicantumkan dalam catatan atau lampiran-jika ada iografi pengarang.

b.      Abstrak adalah ringkasan tulisan. Dengan membaca abstrak orang akan tahu isi secara singkat karya ilmiah tersebut. Oleh karena itu dalam abstrak harus mencakupi seluruh bagian isi karangan, isi penduluan sampai penutup (ada alasan, pembahasan, kajian pustaka, metode, hasil, dan pembahasan, serta simpulan untuk karya ilmiah dari hasil penelitian bersifat konseptual). Penekanan abstrak ada pada hasil pembahasan. Pada umumnya abstrak untuk artikel ilmiah disajikan dalam satu paragraf dengan menggunakan tidak lebih dari 200 kata. Sedangkan abstrak untuk laporan penelitian, tugas akhir dan skripsi dalam 4-6 paragraf sepanjang 1-2 halaman kuarto spasi tunggal.

c.       Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Biasanya kata kunci tidak lebih dari delapan kata.

Batang Tubuh
Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum bagian batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.

Bagian Kepustakan
Termasuk bagian ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks dan biografi pengarang.

  1. Penalaran dalam Karya Ilmiah
1.      Penalaran, Pikiran, dan Bahasa
Pengembangan penalaran tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentang bahasa dan pikiran.

“Dalam hubungan bahasa dan pikiran, dikenal dengan adanya inner speech dan external speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk, sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kat-kata.” (Djarjowidjojo, 2003:284).

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa jalan pikiran seseorang terlihat bagaimana seseorang menggunakan bahasanya. Demikian juga, bahasa seseorang akan menunjukkan bagaimana cara dia menggunakan pikiran atau bernalar. Berkenaan dengan itu, peribahasa “bahasa menunujukkan bangsa” merupakan bentuk penegasan bahwa cara berbahasa seseorang menunjukkan jalan pikirannya. Bila bahasa yang digunakan tidak sistematis, merupakan pertanda jalan pikirannya juga tidak sistematis, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, corak bahasa seseorang menunjukkan pola penalaran.

Berkenaan dengan pengertian penalaran, Keraf (1982) dan Moeliono (1989) menegaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, eviden, atau hal yang lain yang bisa dianggap sebagai bahan yang dapat digunakan untuk menarik Simpulan. Secara umum, peanalaran dapat dilakukan melalui dua cara, yakni secara deduktif dan secara induktif.


2.      Jenis penalaran
a.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif yaitu suatu proses berpikir yang bertolak dari hal-hal  khusus menuju sesuatu yang bersifat umum. Penalaran ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni.

1)      Generalisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gajala atau peristiwa yang serupa untuk menarik Simpulan mengenai semua atau sebagian gejala atau peristiwa tersebut.
2)      Anologi induktif adalah suatu proses yang bertolak dari dugaan, peristiwa, atau geajala khusus yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Kesamaan karakteristik atau gejala dari dua hal yang dibandingkan menjadi titik tolak menarik Simpulan.
3)      Hubungan kausalitas (sebab-akibat), menurut hukum kekausalitas, semua kejadian yang ada di dunia ini terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat. Kejadian tertentu merupakan akibat adanya kejadian lain. Kejadian yang menjadi akibat tersebut selanjutnya akan menjadi penyebab munculnya kejadian yang merupakan akibat dari kejadian tersebut. Demikian seterusnya, rangkaian hubungan sebab akibat tersebut berlangsung terus menerus.

b.      Penalaran Deduktif
Pada pola penalaran deduktif, telah diketahui kebanaran umum kemudian ditarik Simpulan menuju hal-hal yang bersifat khusus. Singkatnya deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang bersifat umum (prinsip, hukum, teori, keyakinan) menuju hal-hal khusus.

Pola penalaran deduktif dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni silogisme dan entimem. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang bersifat umum dan berlainan untuk menarik sebuah Simpulan yang merupakan proposisi ketiga yang bersifat khusus. Silogisme dibagi menjadi tiga, yakni

1)      Premis mayor, merupakan generalisasi yang telah dianggap benar menurut semua unsur atau anggota kelas tertentu.
2)      Premis minor, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menunjuk sebuah khusus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu.
3)      Simpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya (Akhadiah dkk 2001:2.16; Suparno dan Yunus 2003: 1.45).

c.       Salah Nalar
Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karya keliru menafsirkan atau menarik Simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus 2003:1.47).


(Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan Ketiga. Semarang: Unnes Press)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar